PENDAFTARAN TELAH DIBUKA, SILAHKAN KLIK MENU PENDAFTARAN! PENDAFTARAN GRATIS HINGGA 30 NOVEMBER 2014!

Senin, 22 September 2014

Catatan Perjalanan Ekspedisi Elbrus STAN 2011

Jika orang mengatakan “experience is the best teacher”, maka pengalamanku September ini adalah mahagurunya. Berawal dari sebuah rencana ekspedisi pendakian ke luar negeri yaitu Mount. Elbrus di Russia oleh organisasi pecinta alam STAN, STAPALA. Mulai dari persiapan pencarian dana,  seleksi calon atlet, perijinan dll, akhirnya berangkatlah empat orang pemuda yang telah ditempa selama berbulan-bulan. Saya , Prabu Kusuma a.k.a Kus-Kus, Frassetto Dahniel a.k.a Gaek, dan yang paling muda Hifzil Lahuda a.k.a Ijil.

Pada tanggal keberangkatan diadakan upacara pelepasan atlet sebelum menuju Bandara Soetta. Upacara yang sederhana namun cukup membuat saya merasa menjadi harapan banyak orang. Dihadiri oleh teman-teman STAPALA, salah satu orang tua atlet, beberapa senior dan tentu saja pelatih kami, Bang Rachmad. Setelah sambutan demi sambutan selesai, kami berangkat. Tiga mobil penuh dengan teman-teman ikut mengantar sampai bandara. Sekali lagi, detik-detik menjelang boarding, jabat tangan, pelukan erat teman-teman dan tepukan melayang ke pundak kami. Kalimat-kalimat motivasi terlontar dari mulut mereka sambil melambaikan tangan. Sampai ketemu 12 hari lagi

Minggu, 04 September 2011 dini hari ,kami take off, terbang menggunakan pesawat Fly Emirates seat  kelas ekonomi menuju Moscow. Inilah kali pertama saya naik pesawat, ternyata enak juga ya terbang hehe… Setelah menempuh perjalanan selama delapan jam, kami transit di bandara Dubai. Bandara yang katanya mewah ini memang benar adanya. Bisa dibilang ini bukan bandara, tapi mal yang super duper besar. Barang-barang merk internasional ada disini, pun dengan kulinernya, mulai dari masakan orang item, orang mancung, orang geleng-geleng, hingga orang sipitpun ada. Oh iya, kami sempat lihat Timnas senior Indonesia sedang makan di salah satu restoran bandara. Mereka juga transit di Dubai usai laga tandang di Iran

Mau Sukses Belajar ? Baca Ini dulu!


1. Belajar tanpa Mood

Belajarlah karena kesungguhan kita untuk berubah, jangan belajar hanya dengan berlandaskan mood saja.
iya kalau pas nice mood, la kalau pas bad mood kita jadikan alasan untuk kita tidak belajar, saya berani jamin ilmu yang anda pelajari akan sama halnya dengan air yang menetes di lapangan panas, sangat mudah menguap. Jadi jangan pernah belajar berdasarkan mood ya kalau ingin hasil yang memuaskan.

2. Belajarlah di manapun anda suka
Carilah tempat yang nyaman dan dapat menenangkan pikiran kita sewaktu belajar, dengan keadaan yang nyaman kita akan lebih mudah dalam memahami materi.

3. Jangan belajar terlalu banyak ketika akan ujian
Inilah sebuah doktrin yang saya rasa sangat keliru, "kamu harus belajar sungguh-sungguh, besok ada ujian"..kira-kira teman-teman sudah mendengar ocehan yang seperti itu? Ini adalah kesalahan, sebenarnya ketika akan ujian itu kita gunakan untuk merehat otak sekejap, justru pas hari-hari biasalah kita harus sungguh-sungguh. Sistem KS (kebut semalam) sangat merusak cara berpikir kita, karena hanya akan menimbulkan tekanan bukan pengetahuan.

4. Belajar sambil diskusi
Belajar secara kelompok memang dimaksudkan agar seseorang yang kurang mampu memahami materi bisa berdiskusi dengan orang yang sudah paham. Sehingga pertukaran ide terus berjalan, yang pintar tidak semakin pintar, begitu pula yang bodoh tidak semakin terperosok. Semua bisa menjadi seimbang.

Sekelumit Kisah di Balai Diklat Keuangan Manado


STAN, kenapa jadi favorit? Saya sendiri tidak tahu. Saya masuk sini karena tertarik dengan gratisnya. Ditambah orang-orang sekitar menggebu-gebu untuk mendukung saya habis-habisan agar gabung di STAN.
Setelah masuk di sini pun, ternyata enjoy juga.

STAN itu tidak semengerikan dari yang dibayangkan orang-orang. Tetapi STAN berhasil menciptakan para mahasiswanya merasa ngeri sendiri terhadap peraturan yang harus dipatuhinya. Yang secara tidak langsung menciptakan sebuah tanggung jawab. Yaitu Belajar dan patuh. Ancaman drop out menjadi jurus paling ampuh untuk mentakut-takuti. Berhasil membuat kikuk para mahasiswanya. STAN merupakan sekolah kedinasan di bawah Kementerian Keuangan RI. Tak perlu lagi saya menjelaskan lebih detail mengenai STAN. Karena bisa search di google. Dan banyak sekali informasi yang bisa kita dapat mengenai kampus ini.

Kita ulas dulu beberapa hal yang teman-teman kadang kurang tahu.
Pertama, tahu tidak kalau keterima STAN, tidak ngejamin kita bakalan menikmati indahnya kampus STAN pusat yang megah itu. Saya mahasiswa STAN, dan saya tidak pernah tau bagaimana rupa kampus STAN yang megah itu, selain lewat gambar-gambar. Saya mendapat jatah untuk melaksanakan pendidikan di Manado.

Kedua, tahu tidak kalaupun sudah diterima, tidak ngejamin kita bakalan lulus dengan santainya? Masih ada sistem D.O. Saya tidak begitu tahu bagaimana sistem D.O kalau di kampus pusat. Menurut kebanyakan orang sih lebih killer. Sebenarnya di mana-mana sama saja. Sistem D.O menjadi ampuh untuk menghimpun tanggung jawab mahasiswa. Meskipun kata D.O di sini jarang dibicarakan, tapi D.O tetap saja menjadi momok bagi semua mahasiswanya di seantero negeri.

Bang Zega, Seorang Kepala Balai Diklat Keuangan Manado yang Asyik Abis!


Pertama kali bertemu saya sempat ragu. Seorang Kepala Balai Diklat yang perawakannya kecil. Tetapi perawakan tak menentukan jiwa beliau yang sangat besar. Karena faktanya, seorang pemimpin bukanlah dilihat dari fisiknya, melainkan dari jiwanya. Dan Bang Zega, sungguh orang yang inspiratif, kontroversional, dan berjiwa besar.

Setiap cerita hidupnya sungguh sangat memotivasi. Setiap apa yang dilakukannya sungguh inspiratif. Dan setiap gurauannya selalu kontroversional. Namun itu semua membuatnya menjadi seorang yang sangat dihormati dan disegani. Bang Zega merupakan seorang pemimpin. Pemimpin yang benar-benar pemimpin, bukan hanya teori. Dia bisa menjadi bapak, bisa menjadi teman, bisa pula menjadi atasan. Bang Zega selalu mampu menempatkan dirinya di posisi yang tepat.

Bang Zega, berangkat dari kehidupan yang keras, berhasil menempa diri menjadi orang yang tangguh dan telah mampu menaklukkan dunia yang keras ini. Beliau selalu saya jadikan inspirasi ketika saya mengalami kesusahan. Beliau lah yang tiap perkataan, dan bahkan gurauan, selalu memberikan arti tertentu. Terkadang tiap permainannya selalu memiliki makna tersirat. Entah mau bagaimana lagi saya menjelaskan tentang Bang Zega. Terlalu banyak tulisan ini jika harus saya ulas satu per satu.

Sudah Kenal dengan STAN? Berani Daftar? Ayo...



 Hal yang perlu ada ketahui tentang STAN.
Ini bukan untuk menakut-nakuti. Tetapi agar teman-teman bisa tahu lengkap mengenai STAN. Baca juga kehebatan dan kepedulian antar kawan, dan apa sih yang di saring dari USM STAN di sini :
Tulisan ini merupakan tulisan pribadi berdasarkan pengamatan sekeliling. Yang lebih afdol tentu saja pengumuman resmi dari lembaga resmi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.
Tulisan ini bertema “Sudah kenalkah kalian dengan STAN? Sehingga berani untuk menjadi calon abdi bangsa di sini?
  1. Syarat USM
Piala seabrek, sertifikat sejagad, atau nilai rata-rata di atas 100, tidak mempengaruhi kelulusan USM. Di syarat hanya tertulis rata-rata nilai di atas 7,00 tanpa pembulatan. Dan untuk tahu bagaimana perhitungannya, bisa di cek di stan.ac.id. Masuk STAN tidak harus orang yang pintar. Tetapi orang yang mau berubah. Kalian akan merasakan anehnya USM STAN yang bisa ditembus oleh orang-orang yang biasa saja di akademik. Tapi wolaaa… saat sudah pendidikan kelak, orang-orang tersebut akan berubah menjadi lebih baik. Ya, USM STAN mencari orang yang bisa berubah lebih baik. Ada pelaku pecontek berat saat ujian nasional yang lolos USM STAN dan masuk STAN. Dan dia pun terheran-heran kenapa sekarang dia bisa betah untuk “tidak mencontek” dan “belajar giat” ketika ujian semester atau tengah semester berlangsung. Ingat, saat tes wawancara, semua kepribadian kalian akan di ubek-ubek oleh pewawancara. Jadi, stay tune.
  1. Lokasi Pendidikan
Ini yang mungkin tidak banyak tahu dari kalian-kalian yang ngebet masuk STAN. Tahu tidak? Kita tidak bisa memilih di mana kita akan ditempatkan dan dapat jurusan apa. Saat pendaftaran, kita hanya disuruh mengurutkan skala prioritas dari spesialisasi mana yang benar-benar kita inginkan. Namun endingnya? Tetap pihak pusat yang menentukan. Nah, untuk D1 atau D3 nya, sama saja! Yang menentukan pusat. Sialnya (sebagian menganggap kesialan), D1 itu lokasi pendidikannya menyebar di seluruh negeri. Mulai dari Medan sampai Manado. Rumornya sih tahun ini ada lokasi baru yaitu di Mataram. Tapi tidak tahu juga.
Saya mahasiswa prodip I Pajak BDK Manado. Kalian tahu saya asli mana? Jawa Timur! Hal yang bikin shock pertama kali. Kenapa begitu jauh saya mendapat lokasi pendidikan. Saya kira hanya segelintir orang yang mengalami nasib seperti saya. Namun, saat daftar ulang di BDK Manado, wolaaa.. semua mahasiswa sini memakai bahasa jawa. Artinya apa? Semuanya orang jawa. Mengenal lebih jauh lagi, hanya 6 anak di BDK Manado yang asli Manado itu sendiri. Bagaimana? Berani?

Prodip Keuangan STAN Tetap Menjadi Favorit Lulusan SMA/SMK


Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Tengah I kembali mendapat kepercayaan menjadi  “Panitia Daerah Pelaksanaan Penerimaan Mahasiswa Baru Program Diploma I Dan Diploma III Keuangan (Prodip) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Tahun 2014”.

Sebelumnya panitia penerimaan mahasiswa STAN Prodip Keuangan di wilayah Semarang selalu bergantian antara Kanwil Bea Cukai, Kanwil Perbendaharaan dan Kanwil DJP. Namun sejak tahun 2012 sampai dengan 2014 panitia penerimaan mahasiswa STAN Prodip Keuangan di wilayah Semarang dipercayakan kepada Kanwil DJP Jawa Tengah I.

Terdapat 27 lokasi penerimaan mahasiswa baru Prodip Keuangan STAN Tahun 2014 yang tersebar dari Banda Aceh hingga Jayapura dengan jumlah pendaftar sebanyak 93.911 orang. Dari jumlah tersebut, 6.885 peserta mendaftar di Semarang.  Tidak ada informasi dari pihak STAN mengenai berapa yang akan diterima, walaupun banyak peserta yang menanyakan hal ini.

Pengambilan BPU Ujian Saringan Masuk STAN di wilayah Semarang dilaksanakan pada 12 s.d. 20 Juni 2014 di Kanwil DJP Jawa Tengah I mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan selesai. Tiap hari sekitar 1.000 orang melakukan verifikasi. Mereka datang dari berbagai daerah di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya, bahkan ada juga yang dari luar pulau Jawa, yaitu yang sudah kuliah di berbagai universitas di Semarang dan mencoba peruntungannya mendaftar di Prodip Keuangan STAN, dengan alasan masuk STAN adalah cita-citanya sejak dulu karena setelah lulus bisa langsung bekerja.

Cara Jitu "Menjebol" USM STAN

Pagi tadi saya baru keluar dari pintu gerbang belakang kampus STAN. Seorang Bapak membonceng seorang putrinya langsung menghampiri para satpam yang berada di posko. “Pak, kalau mau daftar STAN ke mana?” tanya Bapak itu. Saya hanya lewat dan tidak memperhatika pembicaraan lebih jauh. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara merupakan sekolah kedinasan di bawah Kementerian Keuangan. Setiap mahasiswa di sini memiliki cerita masing-masing. Ada kisah di setiap perjuangan untuk masuk ke sini. Begitulah kami menyebutnya sebagai perjuangan. Bagi saya, masuk ke sini bukan tanpa halangan dan rintangan.

Saya mengenal STAN dari Bapak. Tahun 2001, saat saya baru saja pulang dari pemberian penghargaan tiga lulusan terbaik SMP pada waktu itu. Saya menduduki runner up dan sohib saya Dwi Wibowo (Sekarang bekerja di Direktorat Jenderal Pajak Kemenkeu). Bapak waktu itu semangat sekali ingin saya masuk STAN. Masih bergumul dalam benak saya bahwa STAN itu sekolah keren. Ternyata Bapak mendapatkan inspirasi dari salah seorang Om saya, Rahmat Mulyono (sekarang menjadi Kepala Seksi di Direktorat Akuntansi dan Pelaporan, Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu). Setelah itu, saya tidak terlalu obsesi dengan yang namanya STAN sebenarnya.

Saat masuk SMA, guru-guru mulai antusias menceritakan SIPENMARU dan UMPTN. Saya saat itu masih culun dengan istilah-istilah itu. Konon di keluarga saya hanya Bapak yang lulus SIPENMARU di IKIP JAKARTA (sekarang Universitas Negeri Jakarta). Saat itu saya kehilangan orientasi belajar, bahkan-mungkin-orientasi hidup. Akhirnya ada seseorang yang “menjerumuskan” saya kedalam jurang kebenaran dan keindahan Islam, ROHIS SMA N 1 Karanganyar. Di sana saya ketemu banyak ikhwah yang luar biasa. Rata-rata jadi bintang kelas. Sedangkan saya sendiri merasa ber-”bintang tujuh” (pusing) dengan pelajaran di kelas. Entah kenapa, saat itu saya sempat mengalami yang namanya “kehilangan kecerdasan” karena galau level kelurahan stadium 9.

Barangkali hanya saya yang nilai akademiknya paling ancur diantara para anggota Rohis. Setelah ikut berbagai kegiatan, dapat nasehat ini-itu dari para senior dan rekan-rekan organisasi, saya jadi move-on. Saya kagum dengan teman-teman alumni ROHIS yang diterima di perguruan tinggi negeri dengan jurusan favorit seperti teknik mesin, teknik elektro, kedokteran, farmasi, dan STAN. Senior di ROHIS yang masuk STAN diantaranya adalah Mas Swandoko dan Mas Shiddiq Gandhi. Keduanya sekarang bertugas di Ditjen Bea dan Cukai Kemenkeu.

Bagaimana Trik Lolos USM STAN?

Berdasarkan pengalaman, mayoritas anak-anak STAN masuknya itu tidak hanya karena pintar, tapi juga karena mental yang kuat, keberuntungan dan sebab sebab yang lain diluar dugaan.
Saran kakak,
1.      Kerjakan soal dengan santai
Jangan mikir terlalu tegang. Krn menyerang mental tadi, semakin tegang kalian, semakin meragukan hasil tes kalian. Kakak ingat, kakak dulu mengerjakan soal sambil tertawa-tawa.  Asal fun, soal itu muncul sendiri solusinya :)
2.      Ambil peluang sebanyak banyaknya mencari univ
Ambil aja peluang sebanyak2nya. Ada pendaftaran, ikut aj, gak usah pelit sama uang buat daftar, daripada waktu kalian terbuang setahun krn trlalu idealis. SIMAK UI, USM ITB, UM UGM, TES di UNAIR, USM STIS, AMKG, IPDN, SNMPTN (yg ini wajib), apaan dah, pokoknya dikit2 kalian ada minat coba aj.. n ditutup dengan USM STAN. Itu sebagai latihan n lumayan bwt latihan mgurangi ketegangan, krn soal2 g jauh beda, minimal pasti ada bhs. inggris n TPA. Asalkan waktunya gak berdekatan, karena dikhawatirkan kalau terlalu dekat nanti melemahkan kondisi fisik, ntar sakit malah bubar dah... yg berdekatan waktu tesnya gak usah ikut aj...
3.      Doa yang benar
klo doa, Doanya jangan, "Ya Allah, aq pengen ke STAN, harus ke STAN." Namun, "Ya Allah, aq minta yg TERBAIK UNTUKKU, aq akan berusaha semaksimal mungkin di tiap ujianq, dan aq minta lolos di tempat yg TERBAIK UNTUKKU." Insya Allah klo STAN itu memang jodoh kalian, gak bakal kok jodoh jatuh ke tangan yang salah ^^. Kakak d IMAN semua menunggu kalian :)
4.      Berusaha
untuk jadi orang beruntung tuh gak bisa dengan instan, kita seharusnya berusaha semaksimal mungkin dalam mempersiapkn tes ini, pelajari soal bahas dan pahami tipe dan cara menjawabnya, kalau udah terbiasa latihan ketika tes berlangsung akan terasa lebih mudah. jangan lupa pake batasan waktu jg ky' aturan USM yg sbenarnya, nanti bisa tau kelemahan kalian dmana, managemen waktu jg penting lho
Tips Tips Tembus Usm STAN
TIPS 1: kerjakan dulu soal sjumlah dg nilai mati yg diminta
#Tehnik dasar dalam mengerjakan ujian dengan aturan nilai mati adalah kerjakan dulu soal sjumlah dg nilai mati yg diminta. Contoh: utk USM STAN, kerjakan soal TPA +/-40an lalu langsung (jangan ditunda) menuju bhs. inggris +/-20an.

Apa untungnya masuk STAN?

Oleh: Kak Fuad Primananda, Spes Pajak 2010  
Kami rasa sudah terlalu banyak ya motivasi dan berbagai alasan untuk masuk ke kampus di bawah Kementerian Keuangan ini. Sebelum meneruskan tulisan ini, Kalian tentunya harus menyingkirkan sejenak pemikiran dari media-media yang mengekspos berita-berita kelakuan buruk alumnusnya. Eh, malah bahas media. Yaudah, STOP!
Kembali ke lap… maksud saya motivasi masuk STAN. Sebagai anak yang baru lulus SMA, SMK, MA, dan semacamnya, tentu merasa bangga. Bangga banget apalagi nilainya bagus. Tunggu dulu, sobat. Itu bukan apa2 sebelum kita masuk ke dunia yang lebih keras. Dunia kerja. Masuk ke dunia kerja tentu butuh ilmu. Bermacam2 ilmu bisa kalian dapatkan, tentunya dengan usaha dan doa kalian. STAN menawarkan Ilmu mengenai keuangan negara. “Apaan tuh? Terus, aku udah bertahun-tahun sama Fisika, Kimia—yang anak IA terutama—jadi merasa aneh. Merasa gak guna ya ilmunya. Namun, tahukah kalian kalau yang ilmu-imu yang diajarkan disini membutuhkan banyak keahlian menghitung dan logika. apalagi Spesialisasi Pajak dan Akuntansi. Penulis ini spes Pajak, ehehe…Selain itu, yang masuk ke kampus ini juga macam3 kok. Yakinlah, yang sesuai kriteria sama2 punya kesempatan!. Lagipula, Gak Cuma ilmu keuangan negara sobat. Di kurikulum masih ada budaya nusantara… keliling Nusantara dengan mempelajari budaya mantap juga kan?
Ada pelajaran etika-etika juga yang secara khusus diajarkan di mata kuliah. Pendidikan Agama apalagi. Pastilah tidak ketinggalan.
Lalu, apa untungnya masuk STAN? Sini sobat, aku beritahu kalau kuliah disini GRATIS!!! Orang tua mana yang gak mau anaknya sekolah gratis. Jadi, kalau di tv protes sekolah gratis cuma omong kosong,  Kementerian Keuangan membuktikannya. Selama tidak berganti kebijakan, STAN tetap gratis. Apalagi orang tua pasti ingin anaknya menempuh pendidikan yang bagus, dan prospek menjanjikan, Insya Allah. Lulusan STAN akan ditempatkan. Bukannya mencari kerja seperti lulusan lainnya. Mungkin kalian melihat sekolah2 lain yang dibawah Kementerian/Lembaga. Ambillah contoh Akpol, IPDN. Disana harus di dalam asrama, dituntut ini itu, menurut pada atasan. Pakai seragam khusus. Masih banyak lagi. Disini kalian seragam intinya atas cerah bawah gelap celana bahan, kecuali spes Bea Cukai; mereka harus pakai seragam khusus—semi militer gitu loh. Gak usah asrama, pilih kost sendiri.*syarat dan ketentuan berlaku:baca aturan tata tertib STAN.
Kurang enak gimana? Pengen berekspresi? Disini bermacam2 deh, Keagamaan, olah raga, music, teater, dll. Kalian yang pengen memperdalam belajar Agama? Wah, banyak sekali sarananya. Di lingkungan Spesialisasi sendiri ada lembaganya. Misal pajak ada UMMP, Akuntansi ada IMMSI. Masjid-masjid di sekitar STAN juga punya agenda pendalaman ilmu agama sendiri. Mulai kajian, ngaji bareng, mabit, liqo’ dan semacamnya. Ada pula organisasi eksternal kampus seperti IMAN. Ikatan Mahasiswa Nahdliyin. Kami mengajak sobat untuk pengajian ala santri. Insya Allah menyenangkan dan nambah ilmunya.
Setelah baca kok masih bersikukuh karena ga sesuai keinginan. Bismillah, coba berpikir masa depan. Bila sudah mantap dengan pilihan anda, pilihlah itu. Semoga yang anda tentukan dan anda pilih mengantarkan pada kebaikan. Semoga SUKSES karir sobat sekalian!
(http://www.siap-stan.com/2013/11/kisah-motivasi-masuk-stan_5.html)

Minggu, 21 September 2014

Semoga Tuhan Berikan yang Terbaik untuk Kita

Oleh: Kak Meini Wahyu Utami, Spes Anggaran 2010



Bismillahirrokhmanirrakhim

Kalau sedang sendirian di kost, duduk sendirian di teras bagian atas kost-an seringkali mengingatkan kembali pada memori  tahunan lalu. Ingat keluarga di rumah, zaman-zaman SMA, dan momen ketika menjadi  bagian dari barisan panjang pendaftar USM STAN pada senin, 4 Mei 2010 lalu di BDK Jogjakarta. Rasanya baru kemarin momen itu berlangsung, dan ternyata sudah bertahun-tahun. Waktu memang terpotong detik demi detik tanpa sy selalu menyadarinya.

Oh ya teman-teman dan adik-adik yang mudah-mudahan selalu dalam lindungan Allah SWT, perkenalkan nama sy Meini Wahyu Utami, boleh kalau mau manggil Mei, Meini, Meimei, atau Utami, selama masih memiliki makna yang baik dan nyambung dg nama sy, insya Allah sy siap dipanggil dengan nama tersebut hehe. Asalnya dari Boyolali, Jawa Tengah. Kalo yang belum tahu, Boyolali itu sebuah kabupaten yang cukup kecil yang juga sering disebut Kota Susu karena termasuk salah satu penghasil susu sapi terbesar layaknya di Lembang (Bandung), sejuk, ada Bandara Adi Soemarmo juga di situ, dekat dengan Gunung Merapi, bisa dibilang Tiga Serangkai dengan Solo dan Klaten. Dekat juga dengan Semarang dan Jogjakarta, nah kalau belum tau juga insya Allah belum dihapus sama Pemerintah, jadi masih ada di Peta J.

Sejak kecil hingga lulus SMA, sy tinggal bersama keluarga yang sangat sy cintai dan sangat bersyukur dengan keberadaannya, di tempat tinggal sy di Boyolali. Namun meskipun banyak mengonsumsi singkong, hingga kini belum  terbit buku berjudul “Meini anak singkong” hehe. Dan setelah lulus SMA sy berkesempatan menjadi anak kota-an, karena bersekolah di sini.

Kuliah, untuk satu orang bisa jadi kuliah adalah hal yang sangat biasa, untuk satu orang yang lain bisa jadi menganggap kuliah adalah sesuatu yang tidak harus, penting ga penting, sementara untuk sy sendiri kuliah adalah salah satu cita-cita sy sejak dahulu. Bukan ihwal gelar yang diperoleh setelah lulus, bukan pula karena sebuah prestise yeng tinggi ketika bisa kuliah, namun kuliah merupakan salah satu cara untuk terus menimba ilmu,  salah satu bentuk ibadah dan syukur sy, dan salah satu bentuk ikhtiar sy agar menjadi orang yang berilmu.

Alhamdulillah sy memiliki orang tua yang sangat mendukung pendidikan anak-anaknya, Bapak yang dulu seorang PNS dan sekarang sudah memasuki masa pensiun, Beliau adalah sosok bapak yang sangat tegar dan berjuang keras untuk menghidupi keluarga kami. Salah satu prinsip beliau adalah ‘ketika Bapak nanti tidak bisa membekali dan mewarisi harta untuk kami, setidaknya Bapak telah berjuang untuk membekali putera-puterinya dengan ilmu’, semoga dengan ilmu dan pendidikan yang kami miliki, kami memiliki pribadi, pemikiran dan kehidupan yang jauh lebih baik daripada Bapak dan Ibu. Dan Ibu sy, Beliau dulu sampai sy lulus SMA adalah seorang ibu rumah tangga tulen, hampir seratus persen waktunya di rumah untuk mengurus keluarga, baru di beberapa tahun terkhir ini beliau menyibukkan diri dengan bertani, selain ada yang dihasilkan juga sebagai sarana hiburan kata beliau. Beliau sering bilang “kalau dihitung untung ruginya ya mungkin ga balik modal, tapi ya kalau ada yang ditanem itu bisa lebih ayem(tenang), refreshing”, insya Allah.

Mars STAN

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Pandai menempa cita baja
Bagai lautan kami maju bersatu
Demi keuangan negara

Reff:
Kami mahasiswa pengabdi bangsa
Dengan pancasila
Berdiri paling muka
Untuk Indonesia tercinta

Tak mampu badai
Tak jua halilintar
Menggoyah citra kampus kita
Oh indonesia inilah lengan kami
Siap membela demi bangsa

Ihttp://www.youtube.com/watch?v=l1dqgryYIvI

Kisah Perjuangan Masuk STAN (2)

oleh : Satria Arga Nugraha Kusumayudha


Tak Pernah disangka, berawal hanya dari ucapan teman-teman ayah, sempat terlupakan, di tengah-tengah keterbatasan, jalan itu dibukakan lagi oleh-Nya

12 Juli 2006. Bertepatan dengan ulang tahun ayah saya, teman-temannya semasa SMA datang ke rumah. Saat itu mereka bercerita tentang anak-anaknya yang sebagian besar seumuran dengan saya. Saya yang ketika itu baru saja menginjak kelas 9 SMP diberikan saran oleh Beliau-beliau untuk setelah lulus agar masuk di almamater ayah saya den teman-temannya itu. Saya hanya mengiyakan sebab saat itu saya belum ada pikiran sama sekali mengenai SMA mana yang akan saya jadikan tempat persinggahan menuntut ilmu berikutnya. Setelah itu, mereka mulai membahas masalah dunia perkuliahan. Saya yang berada disana akhirnya kembali diberi saran untuk masuk di PTN-PTN yang terkenal di negeri ini dengan berbagai pertimbangan-pertimbangan yang menggiurkan menurut saya pada waktu itu. Dan tak disangka, tersebutlah sebuah nama. STAN. Sempat heran saya, yang lain memakai awalan un- atau U- sebagai singkatan universitas, kini ada nama universitas yang tidak memakai U- atau un- . Setelah diberikan penjelasan mengenai STAN, saya sedikit mulai tertarik sebab iming-iming ke depannya sangat menggiurkan contohnya langsung kerja setelah lulus tanpa harus melamar pekerjaan dan uang kuliahnya gratis.

Hal-hal tersebut mengenai STAN masih terngiang di dalam pikiranku hingga dulu sempat di saat saya dan teman-teman saya sedang mengobrol di kelas mengenai tujuan SMA, tempat kuliah, dan cita-cita, saya tanpa ragu menjawab ingin kuliah di STAN. Mereka semua bertanya-tanya, “apa itu STAN?”. Saya kembali menjelaskan apa yang saya dengar dari penjelasan ayah dan teman-temannya dan saya beri penekanan di “kuliah gratis” dan “langsung dapat kerja”.

Keesokan harinya, mereka semua berubah pikiran mengenai universitas mana yang akan mereka masuki di masa yang akan datang. STAN jawab mereka. Saya sempat heran bagaimana bisa dalam semalam mereka bisa berubah pikiran? Padahal sebelumnya kami semua sempat eyel-eyelan saling membanggakan kampus cita-citanya. Orang tua mereka ternyata yang memberi gambaran tentang STAN setelah teman-teman saya menanyakannya.

Hebat efek 4 huruf ini : S.T.A.N.
Agustus 2008. Pernahkah terbayang atau merasakan saat kamu jatuh dari tempat yang tinggi dan untuk bangkit rasanya tidak mungkin. Saya dan keluarga saya pernah mengalaminya. Ayah saya keluar dari pekerjaannya akibat berselisih dengan bosnya. Ibu saya memang tidak bekerja. Adik saya baru saja masuk SMP dan biayanya tidak murah. Jangan dibayangkan jika kami mempunyai banyak tabungan. Kalian pernah merasakan lebaran tanpa mempunyai baju baru? Itu saya. Pernah merasakan HP kamu paling tertinggal di dalam kelas? Itu saya. Uang saku saya semasa SMA hanya lima ribu rupiah. Memang masih ada motor yang dibeli ayah saya sewaktu kelas 3 SMP, namun dengan uang saku lima ribu sehari, saya dituntut untuk dapat membeli bensin motor saya dengan sisa ung saku saya sendiri sebab orang tua saya sudah tidak bisa memberi lebih.

CERITA PERJUANGAN MASUK STAN

CERITA PERJUANGAN MASUK STAN

(KISAH BOCAH ALUMNI PESANTREN PENGEN MASUK STAN)

2008, awal perjuanganku ingin masuk Sekolah tinggi terrr-Favorit se-Indonesia ini.
Yak, kisah ini dimulai seketika itu juga setelah aq lulus dari Madrasah. Aq dari Madrasah, bukan Madrasah Aliyah pada umumnya yang sama dengan SMA, yang memebedakan adalah jumlah mata pelajaran agama lebih banyak. Pernah dengar pesantren? Pasti pernah! Pernah tau pondok? Denger-denger ada siih. 

Mungkin itu yang terblesit di benak kalian tentang pesantren dan pondok. Anak pondok memang bisa masuk STAN? Bisa, tapi gak sebanyak anak SMA. Kenapa? Karena selama mereka belajar di bangku SMA (baca:Pondok) tentu sangat berbeda dengan paa yang dipelajari di SMA yang memang kurikulumnya tentang semua mata pelajaran umum seperti MTK, Fisika,Kimia, dll. Bahkan saya yang dari pondok pun, yang tidak pernah belajar fisika, kimia, biologi, geografi, dll karena semua mata pelajaran yang saya ganyah ketika di Pondok adalah semua tentang agama, bahkan text book nya pun semua berbahsa arab. Kalo dipikir-pikir apa nyambung dari pondok masuk di STAN? Nyambung-nyambung aja, asal bisa disambungkan, hehehee.  Ketika daftar USM petugasnya terheran lihat ijasah ku karena lain dari yang lain, mata pelajarannya aneh, arab-arab gituu,, hehe. Alhamdulillah ternyata bisa lolos seleksi USM STAN. Nah, untuk kalian jangan minder, dari manapun asal sekolah kalian, semua punya peluang diterima di STAN. SMA, MAN, SMK, SMEA, STM, SMF, teman sekelas saya juga ada yang dari SMF, SMK, STM, dll. Semua berpeluang! Obrolannya kok jadi ttg pondok..? hehee ini baru opening, simak kisah ku yang bener-benar kisah pejuang USM STAN sejati, siap-siap menyimak yak J

Jeng jeeng,,,setelah selesai UN. Langsung saya tak pikir2 lagi mau ngapain, karena saya tau, saya ga banyak bekal mata pelajaran umum, ilmu matematik, pasti kurang dibandingkan dengan yang dari SMA. Mulai saat itu pula aq belajar, belajar, dan belajar. Belajar apa? Belajar BUKU USM STAN. Udah ga ada yang lain. Beneran! Yang mau masuk STAN, udah ga perlu belajar apapun, cukup buku USM STAN aja dah. Belajar itu tiap hari, tiap jam, tiap pagi, siang, sore, makan dibawa, sambil tidur dikelonin bukunya, kayak aq dulu juga gitu, hehehe. Mei 2008 aq mendaftar USM STAN di Jogja karena aq asli Solo dan yang paling dekat ke Jogja. Ikut tes bulan JUNI kalo gak salah inget, tempat test nya di Universitas Sanata Dharma Jogja. Sebelum tes aq juga ikut bimbingan belajar USM selama 2 minggu. Kurang lebih selama 3bulan sejak selsai UN samapi hari H USM STAN aq belajar, dengan gigih, rajin, penuh harap diterima, rajin doa, minta doa ibu bapak dan orang2 terdekatku, baca2 terus materi USM sampe aq hapal banget nget nget tipe2, jenis soal, jumlah soal, materi, pokoknya semua yang ada di buku USM aq udah apal, hehe. L-E-B-A-Y! emang kudu lebay belajarnya loo kalo kalian mau lolos USM stan. Assyyeeek ! saat pengumuman USM 2008… dag dig dug. Dag dig dug !! aq ke warnet, jam 10 udah nunggu di warnet utk melihat pengumuman jam 11 siang itu. Aaah, rasanya gak karuan hatiku. Hasilnya gimana? Udah belajar sebanyak itu lulus gak? Jawabannya ENGGAK ! malu? Sedikit siih. Abis itu putus asa ga mau nyoba USM lagi? Tetep harus coba! yak, inilah takdir Alloh, ditahun ini saya belum lolos USM STAN di tahun 2008. K-a-s-i-h-a-n sekali yaa aku. Gak papaa masih ada tahun depan menanti J
Episode kedua, -wuiiih uda kaya sinetron aja nih-hehee “Tahun 2009…perjuangnku mengikuti USM STAN 2009”


Karena keinginanku yang memang sudah sangat ingin kuliah di STAN, aq coba lagi USM STAN 2009 ini. Mungkin berbeda-beda tiap orang apa alasan ingin masuk STAN. Kalo aku, kembali ke background sekolahku, jujur aq sama sekali ga mampu ngerjain soal SNMPTN. Kenapa? Ga usah ditanya lagi, aq ga belajar mata pelajaran umum, mana bisa disodorin ujian SNMPTN yg benar-benar materi yang diujikan materi sekolah SMA. Hadeeeh, bisa botak nih kepala belajar SNMPTNL  Mending balajar USM STAN iya gak sih? Secara materinya matematika dasar, bahasa Indonesia, bahasa inggris, pengetahuan umum, logika, tes gambar, dll yang memang sama sekali tidak berkaitan dengan materi SMA. Iya kan? Jadi menurutku USM STAN itu fleksible banget lhooo, semua sekolah bisa ikut, semua orang pastilah bisa ngerjain, cuman bedanya mana yang bisa mengerjakan sola lebih banyak dan benar dalam waktu yang sama. Nah, ini fungsinya belajar BUKU USM STAN, belajar aja terus isi buku itu, sampe hapal, sampe tau cara mengerjakan soal hitunga paling cepat, biar bisa mngerjakan lbh cepat dan benar, otomatis skor kita juga akan tinggi. UMS 2009 ini masih di Jogja. Aq sih santai-santai aja pas USM 2009 ini. Kenapa? Kan tadi udah aq bilang, aq udah belajar buku USM sampa hapal,, hahaha seriusan, aq kali ini santai, kayak udah bosan pegang buku USM, effort banyak berkurang karena menurutku aq udah matang lah dengan cara belajar tahun 2008 dulu. Tapi yang pasti semangat ku masih full, gak setengah setengah! Target utama musti masuk STAN, gak mau melewatkan lagi kesempatanku. Pertama gagal, jangan ampe dong yang kedua ini gagal lagi


Sambil daftar USM tahun ini, aq juga daftar di salah satu perguruan tinggi di Solo. Apa tau ga? UNS? Bukan. UMS ? juga bukan. Trus apa? Aq daftar di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). Apa itu? Banyaaak banget yang ga tau kampus ini. Aduuh sedihnyaa L aq kuliah dikampus yang ga terkenal, hehee, biasa aja sih ! beda jauh kan dengan STAN yang seluruh Indonesia ini tau. Aq sih mikirnya kalo-kalo di tahuan ini nasib ku sama seperti ditahun kemarin, semoga aja tidak. Masa iya aq mau nganggur lagi? Pasti enggak mau kan.

Nilai Mati vs Lolos USM STAN 2014

Selamat malam pejuang STAN, bagaimana kabarnya? Semoga selalu dalam keadaan sehat, fit dan tetap semangat. Hari itu semakin dekat, ya benar, karena beberapa hari lagi, mau tdk mau harus dihadapi. Banyak yang bertanya mengenai nilai mati.
Kami ulangi ya, nilai mati menurut kami itu, sesuai dengan apa yang tertera di petunjuk umum pada soal USM STAN 2013, bahwasanya “Nilai Mati diberlakukan pada masing-masing bagian soal. Anda memperoleh nilai mati jika salah satu bagian soal, jumlah jawaban benar yang diperoleh adalah kurang dari 1/3 jumlah soal untuk bagian tersebut.”
Mari pahami hal tersebut dengan beberapa poin:

- Nilai mati BERGANTUNG pada jumlah jawaban benar tiap bagian. Misal, di TPA jumlah benar km 60 dan salah 60, itu sudah LOLOS nilai mati. Knp? Karena kamu sudah melewati 1/3 jumlah soal, yakni 40. Jadi minimal kamu harus benar 40 jika mau LOLOS nilai mati.
- Nilai mati itu BUKAN seperti ini, misal, di TPA kamu benar 60 dan salah 30, kosong 10. Jadi setelah dikurangi antara benar dan salah hasilnya (60-30=30) sehingga menyebabkan jumlah benar kamu jadi 30 dan tidak lolos mati, ini SALAH.

Mahasiswa UI versus Mahasiswa STAN

Pagi sahabat semua, setelah dua hari bercengkerama dengan keluarga, kini tiba saatnya saya menyapa dan berinteraksi dengan kompasianer semua. 

Sungguh terkejut saya akan animo masyarakat termasuk penduduk kompasiana akan persoalan pajak ini. Tulisan-tulisan tentang pegawai pajak menghiasi tulisan terpopuler hari dan minggu ini. Antara lain berturut-turut berdasar waktu posting Damn! Uang Gua Dimakan (Ditilep) Orang Pajak! (kompasianer Streetlearner), Gayus Vs Tyas (Tyas Tlc), Mari Mengenal Pegawai Pajak Lebih Dekat (Lanjutan Tulisan Bung Minami) oleh Dewiwardhana, dan tadi malam Tidak Semua Orang Pajak Sebagaimana Diduga Banyak Orang (kompasianer Abutholib). Menurut saya ini baik untuk penyeimbang dan pencerahan bagi pembaca, tidak lantas tergiring opini media-media terutama televisi yang kadang kurang berimbang. Namun, kita juga jangan anti-kritik, terima kenyataan yang ada, tidak perlu lari dari tanggung jawab.
Untuk memahami akar permasalahan kasus tersebut, ada baiknya kita simak ulasan berikut berdasar kisah nyata yang saya hadapi di lingkungan keluarga kami, dan barangkali termasuk keluarga-keluarga lain mayoritas warga Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

Pilih Mana ?

Bagaimana jika dua perguruan tinggi terbaik negeri ini bertemu kemudian diadu? Bukan dalam pengertian anarkis semacam bentrokan dengan batu dan api. Tapi dari segi prestasi dan kiprah alumninya. Yang satu merupakan perguruan tinggi negeri (PTN) ‘sepuh’ di Indonesia, satu lagi perguruan tinggi kedinasan (PTK) ‘bau kencur’, baru berdiri pada tahun 1967.
Pada tulisan sebelumnya telah saya kemukakan profil singkat STAN, kini saatnya kita menengok UI, kampus si ‘jaket kuning’ di bilangan Salemba DKI Jakarta dan Depok Jawa Barat.

Profil Singkat Universitas Indonesia (UI)

UI berdiri pada tahun 1849 dan merupakan representasi institusi pendidikan dengan sejarah paling tua di Asia. Telah menghasilkan lebih dari 400.000 alumni, UI secara kontinyu melanjutkan peran pentingnya di level nasional dan dunia. Bagaimanapun UI tidak bisa melepaskan diri dari misi terkininya menjadi institusi pendidikan berkualitas tinggi, riset standar dunia dan menjaga standar gengsi di sejumlah jurnal internasional nomor satu.
Dengan predikat sebagai kampus terbaik negeri ini, UI secara aktif mengembangkan kerja sama global dengan banyak perguruan tinggi ternama dunia. Beberapa universitas terkemuka yang saat ini tercatat memiliki perjanjian dengan UI diantaranya adalah : Washington University, Tokyo University, Melbourne University, Sydney University, Leiden University, Erasmus University, Kyoto University, Peking University, Tsinghua University, Australian National University, and National University of Singapore.
Selain itu, UI saat ini juga memperkuat kerjasamanya dengan beberapa asosiasi pendidikan dan riset diantaranya: APRU (Association of Pacific Rim Universities) dengan peran sebagai Board of Director, AUN (ASEAN University Network), and ASAIHL (Association of South East Asia Institution of Higher Learning).
Secara geografis, posisi kampus UI berada di dua area berjauhan, kampus Salemba dan kampus Depok. Mayoritas fakultas berada di Depok dengan luas lahan mencapai 320 hektar dengan atmosfer “green campus” karena hanya 25 persen lahan digunakan sebagai sarana akademik, riset dan kemahasiswaan, sisanya 75 persen wilayah UI bisa dikatakan adalah area hijau berwujud hutan kota dimana di dalamnya terdapat 8 danau alam. Sebuah area yang menjanjikan nuansa akademik bertradisi yang tenang dan asri.

Ketika STAN menjadi Incaran "Para Pendengki"

Direktorat Jenderal Pajak, itulah yang hangat dibicarakan dalam bebarapa hari ini, bahkan detik ini pun media tak henti-hentinya mengabarkan tentang terjadinya kasus yang menimpa salah satu civitas akademika  institusi tersebut. Bukan hanya salah satu sih sebenarnya, kalau ditotal sebenarnya udah ada salah empat dari alumni STAN yang hangat dibicarakan di media. Misalnya aja GT, DW, AH, dan sekarang TH. Sebenarnya apa sih perbedaan dari kasus-kasus besar seperti Wisma Atlit dan Hambalang? Sebenarnya tak ada perbedaan yang berarti dari kasus-kasus tersebut. Hanya mungkin kita tak pernah menyadari kenapa kalau yang kena kasus itu alumni STAN, media langsung mengembor-gemborkan dari mana asal dari para tersangka tersebut, berbeda dengan orang lain yang tak pernah sekali pun diungkit dari mana dia kuliah. Mungkin karena media terlalu simpatik atau bahkan kesal dengan institusi STAN ya?

Sebenarnya apa sih istimewanya STAN sampai selalu menjadi korban “kekerasan” media ? Bagi pejabat pemerintah di tingkat kementerian hal ini tentu tak asing lagi di telinga mereka, karena memang yang mendominasi dari pejabat-pejabat tersebut adalah alumni STAN. STAN sendiri merupakan sekolah “plat merahnya” Kementerian Keuangan, sehingga kita tahu bahwa setelah menyelesaikan pendidikan di STAN kita diwajibkan untuk mengabdi pada negara untuk mengelola keuangan negara sebagai bagian dari tugas Kementerian Keuangan seperti penerimaan pajak, penerimaan negara bukan pajak, perencanaan anggaran negara, dan penentuan kebijakan fiskal pemerintah, serta masih banyak lagi yang tugas yang diatur dalam undang-undang. Tapi hal ini tidak cukup bagi beberapa kalangan orang untuk mengusik keeksistensian dari STAN sebagai pencetak pencetus ide-ide yang nantinya dapat digunakan oleh pemerintah untuk membuat kebijakannya.

Menanggapi komentar dari salah satu media cetak tentang STAN yang dikemukakan oleh salah satu anggota dewan yang terhormat, terus terang saya sebagai salah satu bagian yang masih aktif dalam kegiatan sehari-hari di STAN merasa sangat tidak setuju dengan pernyataan Anda yang menyatakan bahwa STAN harus digabung menjadi satu dengan perguruan tinggi negeri hanya untuk sistem penerimaan pegawai di lingkungan Kementerian Keuangan. Sebenarnya apa yang salah ya dengan sistem yang saat ini berlaku di STAN? Katakanlah mereka mungkin hanya menganggap bahwa pendidikan di STAN itu hanyalah mencetak koruptor saja, tapi anggapan itu salah besar bagi saya. Mereka tidak pernah tahu bagaimana pendidikan dan pengajaran sehari-hari yang dilakukan di STAN. Bahkan media pun hanya menerima instan saja informasi yang diterima tanpa tahu bagaimana dan dari mana sumber itu berasal dan terpaku untuk mengabarkan dengan sesegera mungkin.

Anda tidak tahu bagaimana proses kami diajar dan dididik di kampus ini, Anda tidak tahu bahwa kami sangat menjunjung tinggi integritas dan kejujuran kami dalam menempuh semuanya hingga kami lulus kelak. Apakah Anda juga tahu bagaimana cara kampus lain mendidik para mahasiswanya yang sekarang juga tersangkut kasus hukum lain? Tentu tidak kan, karena Anda hanya bisa berkata tanpa bisa membuktikannya di lapangan. Apakah kampus ini mengajarkan bagaimana caranya korupsi dan suap? Yang terjadi adalah sebaliknya, kami disini sangat diuji kejujurannya sebagai calon pegawai negara nantinya, bahkan hingga setiap kali ketahuan mencontek saat ujian saja, ancamannya kami siap angkat koper dan pergi jauh-jauh dari kampus pemerintah ini. Itulah yang membuat kami merasa kagum dengan kampus ini, sehingga untuk menuju keberhasilan benar-benar dibutuhkan usaha kejujuran dari diri sendiri tanpa harus butuh kerja sama dari orang lain. Kami menghargai kedisiplinan yang diterapkan di kampus ini bapak-bapak yang terhormat.

Saya tahu apa yang sebenarnya dipikirkan dan menjadi pertanyaan bagi mereka saat ini dan beberapa waktu yang lalu. “Kalau STAN itu dididik dengan cara seperti itu (kejujuran –dalam komentar saya) mengapa oknum pajak dari alumni STAN bisa korupsi?” Begitulah kira-kira hal yang menjadi pemikiran bagi sebagian orang. Jawabannya adalah lingkungan kerja mereka. Mereka melakukan hal “busuk” itu saat udah menempati dunia kerja, bukan saat mereka menjadi mahasiswa yang lahir untuk menjadi pegawai. Jadi apapun alasannya saat mereka kerja, mereka sudah tidak ada kaitannya lagi dengan civitas akademika. Dan perlu klarifikasi saja kalau orang-orang di Indonesia ini banyak yang korup bukan hanya dari STAN saja, banyak dari kampus lain yang didikannya sudah tidak benar. Dan juga perlu diingat bahwa alumni STAN yang menjadi direktur Bank Dunia juga ada, akan tetapi sampai saat ini setahu saya media tidak pernah tahu keberadaannya. Jadi kepada orang-orang yang menghujat tolong klarifikasi pernyataan Anda sebelum Anda berkata. Bangsa ini butuh perubahan, bukan hanya informasi yang tidak valid dan kata-kata semata. (HPN)

(http://politik.kompasiana.com/2012/06/07/stan-korban-kesalahpahaman-media-469172.html)

Bila Pemilu Seperti USM STAN

Bukan rahasia lagi bahwa Pemilu 2014 ini penuh kecurangan. Nyaris di semua provinsi temuan kecurangan begitu melimpah. Ini sekali lagi membuktikan bahwa UANGlah yang berdaulat, bukan rakyat. Istilah vox populi vox dei sudah tidak relevan lagi. Karena suara rakyat ternyata bisa dibeli. Kampanye “ambil uangnya, jangan pilih orangnya” juga tidak ngefek. Sebab faktanya mereka tetap mencoblos siapa yang rajin “memberi”.

Di kelurahan saya, nyaris semua caleg yang mendapat suara signifikan adalah mereka yang gemar “menyiram” massa. Nilainya berkisar dari Rp. 20.000,- s.d. Rp. 200.000,-. Malah yang mendistribusikan “kedermawanan” para caleg ini adalah lingkungan keluarga besar saya. Maka saya tahu persis berapa jumlah yang dikeluarkan para tim sukses. Padahal mereka tak mengenal sang caleg. Padahal ada caleg yang bandar judi. Padahal ada caleg yang ijazah sarjananya membeli. Padahal ada caleg yang dulu mereka benci setengah mati karena kelakuannya tak tahu diri.

Tak kalah hebat, hitungan matematika para penyelenggara negara pun begitu ajaib. Dalam foto-foto yang dirilis saksi salah satu parpol yang kemudian dishare politisi Golkar, Indra Jaya Piliang melalui akun twitternya, terlihat salah satu penghitungan: 5+2+2+5+9+16+1+3+1+1+1=135. Saya tidak tahu dimanakah KPPS ini belajar matematika. Mungkin mereka hendak menciptakan teori baru, pikir saya.
1397614341863823499
Sumber: Kultwit Indra Jaya Piliang
13976143951709750902
Sumber: Kultwit Indra Jaya Piliang

Pemilu Seperti USM STAN?
Melihat ini semua, banyak pihak yang pesimis dengan Hasil Pemilu. Jika kecurangan terjadi dimana-mana, maka kelak yang menjadi anggota dewan terpilih bukan kehendak rakyat yang sesungguhnya. Dengan begini, sampai kapankah –meminjam istilah Karni Ilyas- DPR kita mau bebas dari korupsi jika mereka menang dengan membagi uang dan berlaku curang.

Maka, izinkanlah saya mengandaikan atau –lebih tepatnya- mengusulkan sistem Pemilu kita ini diubah. Tak usah lagi pakai sistem pemungutan suara. Namun gunakan saja sistem seleksi terbuka. Persis seperti Ujian Saringan Masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (USM STAN ). Pola USM STAN sudah teruji merupakan salah satu metode rekrutmen mahasiswa paling kredibel dan bersih. Bila sejumlah sekolah kedinasan lainnya penuh aroma busuk taruna titipan, maka STAN relatif aman dari perkara demikian.
13976145481050345740
Kampus STAN Bintaro. Sumber: www.stan.ac.id

Cobalah Anda bayangkan jika tahapan Pemilu diganti persis seperti USM STAN. Sederhananya begini:
Pertama, para caleg menyetor biaya pendaftaran. Di sini mereka hanya membayar seratus ribu rupiah untuk syarat pendaftaran. Ini tentu menghemat pengeluaran para caleg.

Kedua, para caleg melakukan registrasi online dan pendaftaran ulang. Yang gagap teknologi atau belepotan mengisi biodata bakal belajar lebih giat agar tidak “oon”.

Ketiga, para caleg mengikuti ujian tertulis yang terdiri dari Tes Potensi Akademik dan Tes Bahasa Inggris. Ini mewakili seleksi kecerdasan intelektual.

Keempat, para caleg yang lulus TPA dan TBI, mengikuti ujian selanjutnya yaitu tes kesehatan dan kebugaran. Ini mewakili seleksi kesehatan jasmani.

Kelima, para caleg yang lulus Tes Kesehatan dan Kebugaran, mengikuti wawancara kerja. Ini mewakili seleksi kedewasaan psikologis, kematangan emosi dan kecerdasan interpersonal.

Dengan cara seperti ini, meski diikuti oleh –katakanlah- 100.000 caleg, setidaknya nanti para anggota dewan yang lolos adalah mereka yang benar-benar punya kemampuan. Bukan seperti sekarang ini. Ada caleg yang berbicara di depan orang saja gagap, tapi karena bapaknya mantan bupati dan punya sumber daya finansial kuat, maka ia sukses melenggang ke kursi empuk dewan.

Ini mungkin memang khayal yang berlebihan. Tapi memasukkan beberapa prinsip-prinsip seleksi USM STAN –dan tes masuk kerja di perusahaan swasta- bukanlah hal yang mustahil. Setidaknya, sistemnya tetap pemungutan suara namun memasukkan unsur-unsur tes di atas sebagai prasyarat menjadi caleg. Who knows? Ini negara demokrasi, kok.


(http://politik.kompasiana.com/2014/04/16/bila-pemilu-seperti-usm-stan-649320.html)

Adik saya seorang Pemeriksa Pajak, lulusan STAN dan saya bangga kepadanya


Saya tergelitik untuk mencoba menulis, walaupun saya tidak pandai melakukannya, mungkin ini disebabkan seringnya media memberitakan kebobrokan yang ada pada Ditjen Pajak, instansi dimana adik saya bekerja.

Adik saya, memiliki sedikit kemiripan dengan Dhana Widyatmika, dimana suami istri bekerja sebagai pegawai Ditjen Pajak dan kami juga merupakan anak perwira TNI.
Saya banyak mengetahui kehidupan pribadi adik saya, semenjak tugas pertamanya hingga saat ini - sudah belasan tahun, saya dan adik saya (atau keluarganya) tinggal di kota yang sama sehingga sering ada interaksi di antara kami.

Tidak ada yang luar biasa pada adik saya, kecuali kecintaannya pada negeri ini yang dia wujudkan dengan bekerja sebaik-baiknya, dia tidak terlalu peduli dengan kedudukan dan jabatan. Tidak pernah melihat keadaan orang lain yang lebih baik darinya dengan kacamata iri hati.
Sebenarnya, adik saya cukup cerdas, kalau mau belajar, terbukti dia dapat memasuki perguruan tinggi negeri terkemuka di negeri ini, namun sayangnya belajarnya memang agak angin-anginan, sehingga prestasi di sekolahnya ya biasa saja. Dia mudah merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, hal itulah yang “menghambatnya” untuk meneruskan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Kehidupan keluarga adik saya terbilang biasa saja, alhamdulillah dia beristrikan sesama pegawai yang memiliki komitmen yang sama sebagai abdi Negara ditambah dengan ketaatan mereka beribadah, menjadikan mereka tidak silau dengan godaan yang ada di sekeliling mereka dalam melaksanakan pekerjaannya.

Sejak kecil kami hidup sederhana, walaupun almarhum ayah kami merupakan seorang Kolonel TNI-AD, dan bahkan di masa perang kemerdekaan pernah menjadi anak buah Pak Harto di Wehrkreise III Yogyakarta. Kejujuran menjadi nafas beliau sehari-hari dan hidup sederhana menjadi kebanggaannya, walaupun sebagai anggota TNI-AD yang pada masa orde baru merupakan warga Negara kelas satu dapat saja beliau mendapatkan penghasilan lebih, namun beliau lebih suka menikmati hidup seperti itu.

Kembali ke adik saya, sedikit banyak almarhum ayah kami menurunkan sifatnya kepada dia, kejujuran dan “tidak ingin macam-macam” dalam bekerja, di saat-saat melaksanakan tugasnya tidak jarang dia mendapatkan tawaran sejumlah uang dari wajib pajak yang diperiksanya, namun dia tolak dengan halus.

Keadaan saya dan saudara-saudara saya yang lain secara ekonomi tidak terlalu baik, terlebih kakak perempuan saya, yang bersuamikan seorang guru honor suatu SD Negeri, jujur saja, jika sedang mengalami kesulitan uang, seringkali kami bermaksud meminjam uang kepadanya, berharap, barangkali adik saya punya kelebihan uang. Kadang diberikan pinjaman, dengan pesan: “Kalau bisa dikembalikan ya! Kalau tidak bisa berarti saya yang mengalah, dengan mengurangi jatah makan siang di kantor…” Begitu dia mengatakan, sambil tersenyum. 

Jika tidak dapat memberikan pinjaman, dia minta maaf dan seringkali berpesan untuk sabar dengan kondisi kami yang seperti ini, “Mudah-mudahan di hari nanti kita semua mendapatkan keadaan yang lebih baik lagi dibandingkan saat ini, Allah Maha Adil” katanya.

Adik saya, memang tidak mau memberi makan keluarganya dari hasil yang tidak berkah, ia meyakini, hasil yang tidak berkah akan turut mempengaruhi pertumbuhan anak-anak walaupun kesempatan itu berulang kali ada, namun ia berkeyakinan bahwa rejeki telah ada yang mengatur, baginya rejeki tidak selalu berkorelasi dengan materi, kesehatan dan kemudahan adalah contohnya. Di dalam diri adik pula saya melihat bahwa baginya materi bukan segalanya, walaupun materi memang penting. Pernah suatu ketika ia bercerita, bahwa ia baru saja menyuruh pulang seorang wajib pajak, yang membawa satu travelling bag berisi penuh uang yang semula ditujukan untuknya, ia menolak untuk menerima, walaupun saat itu kami memang sedang membutuhkan uang untuk biaya pengobatan rumah sakit bagi orangtua kami. Adik saya hanya sedih, kenapa godaan baginya sangat berat di saat ia membutuhkan.

Saya bangga terhadap integritas adik saya dan itu terjadi jauh-jauh hari sebelum reformasi didengungkan oleh para petinggi negeri. Terhadap teman-teman seangkatannya yang tinggal di kota yang sama di Jawa Timur, adik sering memperkenalkan mereka kepada saya, dari interaksi tersebut pun saya mengetahui bahwa ternyata adik saya tidak sendirian mengambil sikap, saya yakin seyakin-yakinnya, apabila hal tersebut dijaga insya Allah negeri ini menjadi penuh berkah.
Di alam reformasi ini Ditjen Pajak hanya merupakan sub-sistem dari suatu sistem, dimana satu bagian akan terkait dengan bagian lainnya. Tidak mungkin perbaikan akan terjadi hanya di dalam sub-sistem tersebut tanpa diimbangi oleh bagian lain. Menurut pendapat saya, berbenahnya Ditjen Pajak merupakan gangguan bagi sistem lain yang tidak ingin berubah dan masih menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan mereka, untuk itulah pihak-pihak lain tersebut selalu berkepentingan untuk menganggu kinerja Ditjen Pajak, tanpa pernah memikirkan efek yang lebih besar, yaitu terganggunya penerimaan Negara dari sektor perpajakan.

Kasus-kasus Ditjen Pajak yang ditimbulkan oleh pihak lain tersebut dapat kita lihat merupakan perbuatan masa lalu, itu pun harus dibuktikan kebenarannya terlebih dahulu. Kasus Gayus, Bahasjim, Denok serta Dhana yang terakhir adalah perbuatan masa lalu, bukan pada saat reformasi perpajakan telah digulirkan. Hanya Ditjen Pajaklah satu-satunya institusi yang menerapkan whistle blowing system. Tidak ada satu pun institusi pemerintah yang menerapkan aturan sekeras itu kepada pegawainya sendiri.

Kepada pihak-pihak yang selalu menginginkan Ditjen Pajak terganggu kinerjanya, ingatlah selalu untuk menengok ke dalam diri masing-masing, seberapa jauh perbaikan yang sudah dilakukan. Apapun yang dilakukan, selama itu tidak didasarkan pada niat yang lurus akan mendapatkan kehancuran.

Mari kita semua berbenah, rekening gendut tidak hanya milik sebagian pegawai pajak, kejaksaan, kepolisian, TNI, anggota DPR seharusnya diperlakukan sama.
Selamanya, saya akan bangga terhadap adik saya sendiri, sebagai pemeriksa pajak, dia hanya menjalankan tugasnya berdasarkan Undang-undang, orang pajak bukan taat palak, seperti yang tertulis dalam cover majalah Tempo edisi kali ini, mereka hanya pegawai negeri biasa.
Saya juga meyakini, media-media yang memberitakan institusi Ditjen Pajak secara tidak berimbang memiliki kepentingan tertentu, terutama dalam membayar pajaknya.

(http://birokrasi.kompasiana.com/2012/03/04/adik-saya-seorang-pemeriksa-pajak-lulusan-stan-dan-saya-bangga-kepadanya-444348.html)

Mereka BIlang Kami Semua Gayus Tambunan, Benarkah?

Susu itu masih putih meski terkena nila
tempat favorit foto-foto
tempat favorit foto-foto
Mungkin ini adalah tulisan ke sekian mengenai STAN, tetapi tampaknya masih menarik untuk diperbincangkan, apalagi ini adalah momen yang tepat untuk membicarakannya ketika siswa-siswi SMA/SMK kelas 3 sebentar lagi akan merampungkan masa belajarnya dan bersiap mencari tempat studi baru. Memang, tidak dipungkiri, kampus ini mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak, terkait beberapa tingkah polah salah satu lulusannya yang menjadi popular di berita nasional akibat menerima suap (korupsi) dengan segala kehebohannya. Pun akibat dari diyakininya opini bahwa masih ada praktik-praktik kotor di segala lini Kementerian Keuangan. Tapi percayalah, bak sekeping logam, segala sesuatu memiliki dua sisi, ada kebaikan dan keburukan. Generalisasi bukan lagi cara yang bijak untuk mengambil kesimpulan, jika seorang siswi sekolah “X” hamil di luar nikah, apakah anda langsung berasumsi semua siswi “X” juga mempunyai aib yang sama?
Bagaikan pepatah terkenal “anjing menggonggong kafilah tetap berlalu” juga sesuai dengan lagu mars STAN “tak mampu badai tak jua halilintar goyahkan citra kampus kita”, semua sorotan negatif bahkan terkadang fitnah itu dihempaskan begitu saja oleh angin keprofesionalan yang dilaksanakan alumni-alumninya. Dengan gagah perkasa mereka melanglang buana, ke seluruh pelosok Indonesia, Aceh sampai Papua, mengisi pulau-pulau dan kota-kota yang tak hadir di peta, bahkan rela meninggalkan keluarga tercinta. Bagi pembaca yang merasa ini adalah hal yang biasa, sebenarnya tidak. Mereka bisa saja bekerja sedemikian hingga pundi-pundi uangnya cukup untuk membuka usaha. Konon katanya, alumni STAN juga sebagian ada yang keluar dari PNS, mereka memilih ‘mengabdi’ di tempat lain meski tentu saja tetap menghargai almamater dan kantor asalnya. Lalu mengapa masih penuh curiga?
Apa itu STAN
kampus pemecah rekor MURI
kampus pemecah rekor MURI
Mungkin cukup pengantarnya. Baiklah, sebelumnya saya ingin memperkenalkan bahwa saya juga alumnus Perguruan Tinggi Kedinasan ini. Saat ini saya bekerja di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, salah satu bagian dari Kementerian Keuangan. Sebagai alumnus, saya merasakan kebahagiaan dan kebanggaan pernah bergabung dengan lingkungan belajar yang menyenangkan, atmosfer yang membangkitkan harapan, dan teman-teman yang begitu luar biasa. Seperti halnya Kampus Kedinasan yang lain, STAN memiliki keistimewaan. “GRATIS, LANGSUNG KERJA!!”, jargon itulah yang sering muncul di pamflet-pamflet bimbingan belajar masuk STAN, dan juga seperti itulah kalimat propaganda yang dituliskan pada buku-buku latihan soal masuk STAN. Tidak salah, jika saya dan sebagian kecil orang Indonesia ingin dan bersedia masuk STAN. Mengapa di samping “ingin” juga ada “bersedia”? Tentu saja karena kami harus siap dengan segala resiko masuk STAN, yaitu di larang menikah selama kuliah dan bersedia ditempatkan di mana saja ketika lulus. Dua resiko ini dengan sadar kami abaikan ketika kami bersedia menandatangani Lembaran Surat Pernyataan bermaterai saat pendaftaran ulang.
STAN adalah nama terkini dari Institut Ilmu Keuangan (IIK). IIK berdirinya berdasarkan Keppres Nomor:45 Tahun 1974 jo Keppres Nomor : 12 Tahun 1967. Pada tanggal 17 Maret 1975 melalui Surat Keputusan No.13495/MPK/1975 diperoleh izin penyelenggaraan pendidikan akuntan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Program Diploma Keuangan yang semula diselenggarakan terpisah dari STAN, kini dilimpahkan pengelolaannya kepada Direktur STAN sesuai dengan Surat Tugas Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan Nomor: ST-098/BP/1997 tanggal 31 Oktober 1997 dan Surat Edaran Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Keuangan Nomor: SE-048/BP/1998 tanggal 29 Oktober 1998.
STAN menyelenggarakan pendidikan Program Diploma (1 dan 3) bidang Keuangan Negara. Secara hirarki STAN merupakan bagian dari Kemenkeu, tepatnya berada di bawah Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Saat ini berlokasi di Kawasan Bintaro, Tangerang Selatan. Tujuannya tidak lain adalah mendidik mahasiswa supaya mempunyai pengetahuan dan keahlian di bidang akuntansi dan keuangan sektor publik dan mempersiapkan mahasiswa agar kelak menjadi Pegawai Negeri Sipil yang berdisiplin kuat, berakhlaq tinggi dan penuh dedikasi.
Kurikulum, Pendidikan, dan Aturan
suasana ospek, gak ada perpeloncoan, hebat!
suasana ospek, gak ada perpeloncoan, hebat!
Sebagai kampus kedinasan, kurikulum dan pendidikan mempunyai keunikan yang tentu saja berbeda dengan kampus lain. Lebih mudahnya mari kita lihat jurusan-jurusannya (di STAN dikenal dengan ‘spesialisasi’), yaitu Akuntansi Pemerintah, Administrasi Perpajakan, Kepabean dan Cukai, Penilai PBB, Pengurusan Piutang dan Lelang Negara, dan Kebendaharaan Negara. Konon kabarnya (fakta), jumlah mahasiswa di tiap jurusan adalah proyeksi dari kebutuhan tiap Direktorat Jenderal di Kementerian Keuangan dalam tiga tahun mendatang. Dari keenam spesialisasi itu, Akuntansi Pemerintah memimpin jauh dalam hal jumlah mahasiswanya. Ilmu yang diajarkan di sini lebih umum daripada di spesialisasi lainnya. Hampir mirip dengan jurusan Akuntansi di kampus lain, hanya mata kuliah yang terkait pemerintahan lebih banyak porsinya. Sedangkan kurikulum di spesialisasi lain bisa ditebak dari namanya, misalnya Administrasi Perpajakan, di sini diajarkan tarif-tarif pajak dan perhitungannya, dsb. Jika ada yang berminat ikut Ujian Saringan Masuk STAN, tidak perlu bingung memlilih spesialisasi, karena semuanya baik kok. Karena ada biasanya disediakan tiga pilihan, kita tak pernah tahu di spesialisasi mana kita diterima. “Yang penting masuk STAN, apapun jurusannya”, demikianlah komentar-komentar yang sering muncul dari pendaftar.
Pendidikan di STAN menurut saya patut dicontoh oleh semua kampus. Di sini aturan-aturan dijalankan dengan ketat, tetapi sebagai mahasiswa kita masih bisa bernafas. Pakaian harus sopan, bawahan celana/rok panjang, atasan kemeja warna putih/biru/abu-abu/krem. Rambut pun harus dicukur rapi, pria tidak memakai gelang, dsb. Tentu saja untuk mendidik mahasiswa agar bermental disiplin ala PNS. SKS di STAN sudah paketan, artinya kita tidak perlu mendaftar karena tiap semester sudah ada jadwal mata kuliah yang harus kita ikuti tiap minggunya. Mau membolos? Berpikirlah ulang, karena tiap mahasiswa harus ikut kuliah minimal 80% untuk tiap mata kuliah, atau rata-rata bisa bolos maksimal 3 kali per semester (dari 8 pertemuan). Diperbolehkan ijinpun hanya jika ada sakit atau orangtua meninggal, pun harus menyerahkan surat-surat buktinya pada sekretariat. Jika aturan kehadiran tidak dipenuhi, mahasiswa tidak bisa ikut UTS atau UAS, dan tentu saja bernilai E dan otomatis di Drop Out (DO). Selain gara-gara kehadiran, DO juga bisa dikenakan bagi mereka yang tidak patuh pada aturan (menyalahi kode-kode disiplin) seperti mencontek/bertanya dan member jawaban saat ujian, menyuap pengawas, dll. Sekali melakukan tindakan demikian, pengawas tidak segan-segan mengeluarkan kita, dan langsung melaporkannya dalam Berita Acara. Ketika saya tingkat tiga, agar lebih kerasa disiplinnya, STAN pun bekerjasama dengan Markas TNI terdekat, mereka menjadi pengawas kami saat itu. DO yang berfungsi pemicu mahasiswa giat belajar juga berlaku terhadap mereka yang gagal memenuhi batasan IP dan IPK minimal lulus tiap semester. Untuk saat ini IP (semester ganjil) minimal adalah 2,40, sedangkan IPK (semester genap) adalah 2,75. Namun tidak perlu khawatir, sebenarnya IP dan IPK segitu hanya bisa terjadi pada mahasiswa sudah super duper keterlaluan malasnya. Banyak kok yang dapat IPK 3,5 ke atas. Jadi tak perlu takut deh mendaftar STAN.
suasana belajar.. tapi biasanya gak pake dasi deh..
suasana belajar.. tapi biasanya gak pake dasi deh..
Serba-serbi STAN
Sebagai mahasiswa kampus kedinasan, ternyata suasananya seperti di kampus lain. Kita bisa ngapain aja sak karepe udele dewe, asalkan tidak melanggar aturan dan mendapat restu dari Kepala STAN. Organisasi Kemahasiswaan begitu laris dibanjiri anggota laksana kolak pisang setiap mau berbuka, Papan-papan pengumuman penuh dengan pamflet-pemflet acara dan terkadang bikin mata capek untuk membaca semuanya. Koran kampus, buklet organisasi, dan bulletin-buletin kerohanian tampak selalu dalam genggaman mahasiswa. Lapangan “Stantiago Berdebu” tak pernah sepi dari aksi tiruan Messi dan aneka kompetisi. Hingga kantin pun disulap sebagai tempat diskusi dan bercanda ria ketika malam.
1304147743433236460
Mahasiswi UNNES mengikuti kompetisi akuntansi nasional di STAN
Di STAN ada BEM yang jadi pemegang mahkota eksekutifnya, BLM sebagai legislatifnya. Bukan hanya ditingkat atas, di tiap spesialisasi fungsi eksekutif dan yudikatif juga ada organisasinya. Yang keagamaan pun tak mau kalah. Tempat ibadah penuh dengan acara-acara menyejukkan. Buat yang punya hobi spesifik juga banyak UKM yang bisa diikuti (ada sekitar 40an), music, fotografi, diskusi ilmiah, futsal, tentu saja ada. Bahkan yang sangat unik macam Permainan Rubik, Toy camera, Sulap, pun ada lho.. Berbagai perhelatan acara baik tingkat kampus, regional, maupun nasional sudah diselenggarakan oleh berbagai organisasi tersebut. Ada juga SPEAK (spesialisasi anti korupsi), sebagai organisasi penggerak semangat anti korupsi yang bekerja sama dengan KPK dan ICW. Saya pun mengaku sempat mengecap dan menelan suka duka di beberapa organisasi karena saya yakin hal ini mampu meningkatkan soft skill saya sebagai bekal di dunia kerja.
Lulus STAN, terus?
Bicara tentang STAN memang tak ada habisnya tapi rasanya cukup sampai di atas. Lalu bagaimana setelah lulus? Jika ada orang yang bilang STAN bukan lagi kedinasan, acuhkan saja, karena sampai sekarang tidak ada keinginan dari pejabat Kemenkeu untuk menghilangkan sifat kedinasan di STAN. Bahkan posisinya semakin diperkuat dengan status Badan Layanan Umum (BLU) di mana STAN diperkenankan memberikan layanan-layanan sebagai tambahan pemasukan, maksud saya layanan lain seperti sewa gedung, diklat, dll. Kalau untuk mahasiswa (saya mengalami sendiri) semuanya GRATIS alias Rp 0,-. Saya hanya membayar pas daftar ulang dan wisuda (jika ingin ikut), itupun dibayarkan kepada otoritas kemahasiswaan bukan kepada sekreterias STAN dan sifatnya ‘tidak’ wajib. Penempatan lulusan STAN untuk angkatan saya masih acak, jadi ada beberapa mahasiswa yang penempatannya tidak sesuai dengan spesialisasinya waktu kuliah (kecuali Akuntansi Pemerintah yang memang bisa kemana saja). Status ketika mulai magang adalah tenaga kerja honorer dengan honor ‘lumayan’ per bulannya, dan menjadi CPNS ketika SKnya telah diterbitkan. Saya pun harus siap melanglang buana tahun ini, karena Ditjen Perbendaharaan mempunyai kantor yang tersebar di pelosok negeri (177 unit). Doakan saya..
Jadi gimana.. mau masuk STAN? Yang perlu diperhatikan: 1) Pelajari soal-soal tahun lalu, karena tipe soal hampir sama dari tahun ke tahun, kuasai semuanya, ini yang paling penting!! 2) Jangan jadikan STAN pilihan satu-satunya, dulu saya juga sudah kuliah di PTN di Semarang, 3) Kondisi saat mengerjakan harus fit, 4) boleh ikut bimbel tapi percayalah anda yang menentukan semuanya, 4) Jangan bertindak curang, sudah banyak kasus yang berhasil diungkap, 5) Jangan merasa aman karena anaknya pejabat Kemenkeu, karena USM STAN sangat fair, 6) Minta doa dan restu orang tua, 7) Pahami sistemnya, nilai akan diperingkat nasional, tidak ada kuota-kuota per daerah / tempat daftar, mendaftar di manapun peluangnya sama, 8) Berdoalah pada Tuhan, jika anda ingin masuk STAN karena ingin merugikan negara, saya doakan agar anda GAGAL TOTAL dalam USM tersebut!
Biasanya pendaftaran STAN dibuka antara bulan Mei-Juni-Juli, jadi aktiflah untuk mencari informasi dari kakak kelas yang kuliah di STAN, atau lebih efektifnya langsung buka situs resminya www.stan.ac.id.
Saya berharap info ini dapat bermanfaat bagi siswa-siswi SMA, terutama mereka yang punya potensi tetapi ragu-ragu untuk kuliah karena terbentur biaya. Asal niat kalian bersih, jangan ragu untuk memilih STAN, apapun omongan orang. OK!
Dan akhirnya saya hanya bisa mengucapkan Alhamdulillah atas kehendakNya saya diijinkan merasakan kuliah di kampus yang benar-benar hebat. Segala nama baiknya semoga tak akan pernah terkikis dengan kelakuan oknum, isu-isu miring, bahkan fitnah tak berdasar. Lihatlah anak-anak yang mampu membahagiakan ibu kandungnya (STAN) dan bangsanya macam Helmy Yahya, Edwin Manansang, Amin Sunaryadi (mantan wakil KPK), dan Haryono Umar (salah satu Ketua KPK sekarang) bukan anak-anak cacatnya. Jayalah terus almamaterku!!
Di bawah ini saya sertakan daftar kampus-kampus kedinasan dan situsnya, semoga bermanfaat..
1. STIS (www.stis.ac.id) Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, di bawah Badan Pusat Statistik
2. AKAMIGAS-STEM (www.akamigas-stem.esdm.go.id) Akademi Minyak dan Gas Bumi, di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI.
3. MMTC (www.mmtc.ac.id) Sekolah Tinggi Multi Media Training Center di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kominfo)
4. STSN (www.stsn-nci.ac.id) Sekolah Tinggi Sandi Negara, di bawah Lembaga sandi Negara
5. STKS (www.stks.ac.id) Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, di bawah Kementerian Sosial RI
6. STPN (www.stpn.ac.id) Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, di bawah Badan Pertanahan Nasional RI.
7. IPDN Institut Pemerintahan Dalam Negeri, di bawah Kementerian Dalam Negeri RI.
8. AKIP (www.depkumham.go.id atau www.ecpns-kemenkumham.go.id) Akademi Ilmu Permasyarakatan di bawah Kementerian Hukum dan HAM.
9. STTT (www.stttekstil.ac.id) Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, di bawah Kementerian Perindustrian RI bekerja sama dengan Pemerintah Jerman.
10. AMG (www.amg.ac.id ) Akademi Meteorologi dan Geofisika, di bawah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
11. ATK (www.atk.ac.id) Akademi Teknologi Kulit, di bawah Departemen Perindustrian RI.
12. STTD (www.sttdbekasi.ac.id) Sekolah Tinggi Transportasi Darat, di bawah Kementerian Perhubungan RI.
13. PTKI Medan- Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan.
14. STAN (www.stan.ac.id) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, di bawah Kementerian Keuangan RI.