STAN, kenapa jadi favorit? Saya sendiri tidak tahu. Saya masuk sini
karena tertarik dengan gratisnya. Ditambah orang-orang sekitar
menggebu-gebu untuk mendukung saya habis-habisan agar gabung di STAN.
Setelah masuk di sini pun, ternyata enjoy juga.
STAN itu tidak semengerikan dari yang dibayangkan orang-orang. Tetapi
STAN berhasil menciptakan para mahasiswanya merasa ngeri sendiri
terhadap peraturan yang harus dipatuhinya. Yang secara tidak langsung
menciptakan sebuah tanggung jawab. Yaitu Belajar dan patuh. Ancaman drop
out menjadi jurus paling ampuh untuk mentakut-takuti. Berhasil membuat
kikuk para mahasiswanya. STAN merupakan sekolah kedinasan di bawah
Kementerian Keuangan RI. Tak perlu lagi saya menjelaskan lebih detail
mengenai STAN. Karena bisa search di google. Dan banyak sekali informasi
yang bisa kita dapat mengenai kampus ini.
Kita ulas dulu beberapa hal yang teman-teman kadang kurang tahu.
Pertama, tahu tidak kalau keterima STAN, tidak ngejamin kita bakalan
menikmati indahnya kampus STAN pusat yang megah itu. Saya mahasiswa
STAN, dan saya tidak pernah tau bagaimana rupa kampus STAN yang megah
itu, selain lewat gambar-gambar. Saya mendapat jatah untuk melaksanakan
pendidikan di Manado.
Kedua, tahu tidak kalaupun sudah diterima, tidak ngejamin kita
bakalan lulus dengan santainya? Masih ada sistem D.O. Saya tidak begitu
tahu bagaimana sistem D.O kalau di kampus pusat. Menurut kebanyakan
orang sih lebih killer. Sebenarnya di mana-mana sama saja. Sistem D.O
menjadi ampuh untuk menghimpun tanggung jawab mahasiswa. Meskipun kata
D.O di sini jarang dibicarakan, tapi D.O tetap saja menjadi momok bagi
semua mahasiswanya di seantero negeri.
STAN, berhasil merubah kebiasaan buruk kebanyakan mahasiswanya.
Teman saya sebut saja J, ketika kita melakukan belajar kelompok. Dia
berkata bahwasanya kala SMA dulu, dia tidak pernah belajar sama sekali.
Pagi sekolah, siang tidur, malam ngopi, terus tidur. Teman saya yang
lain sebut saja C, dia juga sama dengan J, bedanya dia tidak ngopi.
Melainkan kelayapan bersama teman-temannya. Teman saya D, memegang buku
seperti hal yang tabu. Kesamaan mereka dan saya adalah, ketika ujian di
SMA dulu, selalu saja melakukan contek mencontek..
Sebenarnya apa sih yang di saring dari USM STAN. Kok para pelaku contek mencotek bisa lolos?
Saya sepakat dengan pendapat bahwa USM STAN tidak mencari orang yang
pintar. Tetapi mencari orang yang berintegritas dan bisa dijadikan lebih
baik. USM STAN tidak ada unsur soal-soal khusus anak pintar seperti
soal Ujian Masuk Universitas. Di tambah tes wawancaranya lebih ke
wawancara psikologi dan kepribadian. Dan ada pertanyaan ampuh mengenai
“Bagaimana pendapat anda terhadap kegiatan contek mencontek di sekolah?”
Ketika memulai tahun ajaran di kampus ini, di Balai Diklat Keuangan
Manado. Kami di wanti-wanti mengenai contek mencontek. Tidak ada
toleransi untuk itu. Jika nilai jelek, mungkin masih bisa di katrol
dengan keaktifan di kelas. Tapi mencontek? BIG NO!! Dan mereka, para
pembuat kebijakan, sadar betul bahwasanya hampir 100% dari seluruh
mahasiswanya, dulu ketika SMA adalah masternya contek mencontek.
Kalau paradigma masyarakat menganggap yang masuk STAN itu anak
cupu-cupu, sukanya pegang buku, belajar rutin, dsb, itu salah. Antara
yang rajin sama yang easy doing sama-sama banyaknya. Atau boleh saya
berkata, lebih sedikit anak yang rajin di sini. Tapi entah mengapa. STAN
berhasil menciptakan sebuah koneksi di antara kami semua para
mahasiswanya untuk saling tolong menolong. Antara si rajin dan si malas.
STAN juga berhasil menghilangkan sisi-sisi buruk kami semua. Terutama
hal contek-mencontek.
Para dosen tak pernah menyuruh kami untuk curang dalam ujian. Tapi
dosen selalu menyuruh kami untuk saling membantu untuk mempersiapkan
diri sebelum ujian. Anehnya, itu berhasil.
Teman-teman saya yang rajin dan lebih bisa, tidak pernah pelit untuk
mengajari kami selaku si malas. Mengajari siang dan malam agar kami bisa
dan paham terhadap pelajaran yang di maksud. Dan si malas, tak pernah
malu untuk bertanya. Semua karena apa? Hampir seratus ribu persen
jawabannya karena takut ke D.O. Dan si rajin, tak pernah merasa
terganggu dengan ini. Sekali lagi, D.O berhasil menciptakan efek
mengerikannya.
Ketika ujian berlangsung pun, dosen penjaganya selalu saja keluar
ruangan. Dan kelas tetap hening. Pernah suatu hari saat UAS, dosen
penjaga kelas saya keluar dan lama sekali tidak kembali. Tetapi suasana
kelas tetap saja seperti di jaga oleh dua dosen yang
berkeliling-keliling. Entah kenapa.
Kembali lagi ke USM STAN. Sepertinya sedikit penjelasan di atas
membuat para adek-adek lebih optimis untuk masuk STAN. Tak peduli
bagaimana nilai akademik kalian, kalian semua berkesempatan untuk duduk,
bergabung dengan kami di sini. Semuanya lewat satu pintu, yaitu USM
STAN. Tidak ada jalur khusus apalagi esek-esek. Entah kalian dari SMA,
MA, SMK, MAK, semua sama. Selanjutnya, persiapkan diri kalian untuk
merubah metode contek mencontek dengan metode belajar kelompok untuk
bisa.
Lalu, bagaimana dengan pelajaran di kelasnya?
Pelajaran di kelas selalu di awali dengan minggu-minggu yang
memusingkan. Saya pribadi merasakan itu. Saya D1 Pajak, dan minggu
pertama pelajaran, banyak kosakata baru mengenai perpajakan yang bikin
pusing. Tetapi setelah berjalannya waktu, bisa nyambung juga. Dosen akan
selalu membantu kita untuk memahami. Bahkan di kampus kami di BDK
Manado, dosen selalu menawarkan diri untuk datang kerumahnya, telepon,
sms, kirim email, dsb untuk bertanya mengenai pelajaran. Jika tidak
berani dengan dosen, teman-temanmu yang bisa, pasti akan bantu sampai
bisa. Itulah kenapa STAN nampak seperti kampusnya anak-anak pintar.
Padahal yang pintar satu dua doang.
Yang dibutuhkan di masa depan adalah bukan kepintaran kita. Tapi
bagaimana kita selalu belajar ketika kita tidak bisa suatu hal. Itulah
yang dibutuhkan kementerian keuangan. Saya, dan kebanyakan teman-teman,
tidak pernah paham ketika dosen menjelaskan. Tapi selalu saja ada satu
atau dua orang yang paham. Dan mereka, akan senang hati membantu seluruh
temannya untuk bisa. Itulah yang saya kagumi selama di sini.
Hal-hal seperti ini jarang atau tidak pernah terjadi di SMA. Para
pelakunya pun tak pernah melakukan ini di SMA. Tapi secara sendirinya,
hal itu terjadi ketika mengikuti pendidikan dimulai.
Jadi, tidak ada kata pesimistis lagi buat teman-teman. Mereka yang
pintar dan masuk STAN, pasti punya pribadi yang suka berbagi ilmu. Dan
mereka yang tidak begitu pintar kemudian masuk STAN, pasti punya pribadi
yang serba ingin bisa. Itulah ajaibnya USM STAN.
Yang dipermasalahkan sekarang? Akankah sudi berbagi ilmu, dan gengsikah untuk bertanya?
(http://ryanwijayanotes.wordpress.com/2014/03/05/sudi-untuk-berbagi-ilmu-tak-gengsi-untuk-bertanya/)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar